TENTANG BERPACARAN - Halaman Ketujuh

 Ku garis bawahi tentang berpacaran dalam catatan ini tidak akan ku catat dengan landasan agama sebagai topik utamanya sebab itu bukan ranah ku untuk menuliskannya. Namun selepas ini semoga pikiran ku dengan mu menjadi satu, jikalaupun tidak, ku harap ini tidak akan menjadi perdebatan untuk kita.

    Laki laki dan perempuan mana yang apabila disuguhi dengan hubungan yang mengikat hati tidak akan tergiur untuk mencobanya ? Terlebih jika Tuhan ternyata menitipkan anugerah rasa suka dihatinya kepada lawan jenisnya. Pada awalnya aku berpikir berpacaran itu wajar jika tidak kebablasan, apalagi dimasa muda, namun setelah memahami secara garis pandang agama aku jadi tau "oh ternyata memang tidak diperbolehkan" . 

    Aku sempat bertanya-tanya kenapa tidak diperbolehkan ? Apa itu karena zinah saja ? atau ada alasan lainnya ? Mundur kepada sekitar satu tahun yang lalu, aku pribadi sempat memiliki hubungan dengan laki-laki yang aku sukai, dalam hal ini bisa dikatakan berpacaran walaupun status nya sebenarnya tidak jelas. Aku sempat berkeinginan untuk melanjutkan hubungan yang tidak jelas itu, namun seiring berjalannya waktu selalu timbul perasaan tidak nyaman, takut jika hubungan ini berjalan kebablasan walaupun gaya hubungan ku tidak se-vulgar dan se-berani beberapa orang yang menormalisasikan berpacaran. Setelah ku pikir-pikir semakin hari semakin tidak ada ketenangan di hati, scrolling sosial media, fyp munculnya reminder tentang zinah dan berpacaran, aku menjadi takut dengan pandangan orang tentang ku yang selalu dibawa kemana-mana, dikenalkan ke keluarganya, namun tak kunjung juga memiliki ikatan yang seharusnya, sampai sering ditanya kapan menikah, orang tua pun sesekali sering berkata "Jangan terlalu keseringan berdua, nanti timbul fitnah yang enggak enggak" , orang tua ku tak se-alim itu dan landasan agama dari keluarga ku juga tak se-taat keluarga pesantrenan, tapi aku tau Ibu bilang begitu karena Ia khawatir sebab aku anak perempuan satu satunya yang selalu jauh dari pandangannya mengingat aku pun tidak satu rumah dengannya dan jauh dari desa. Namun dengan keras aku bilang "gak akan terjadi apapun mah, tenang aja karena aku tau batasannya."

Namun semakin aku keras berkata seperti itu, hubungan itu  semakin membuat ku cemas, mengingat banyak terjadi kasus perempuan yang hamil diluar nikah entah itu di lingkungan ku ataupun di lingkungan luar yang selalu terekspos berita , walaupun jujur aku tidak seberani itu untuk melakukan hal yang tidak tidak. Perlahan semakin aku menggali diri dan semakin aku berusaha untuk nyaman, semakin aku tidak tenang, karena ternyata nafsu manusia selemah itu apalagi saat berada didekat orang yang disukai. 

Perlahan aku mencoba menggali informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan "pacaran" dan ternyata dalam banyak kasus yang aku gali, orang-orang yang aku bawa untuk bercerita tentang bagaimana pandangan mereka soal berpacaran, mengatakan apa yang dikatakan agama tentang berpacaran itu VALID APALAGI KALAU SERING KETEMU (gak ldr) . Dalam hal ini ku batasi cacatannya sampai disini, karena topik utama ku bukan perihal agamanya, dan mungkin teman-teman juga ada yang lebih paham soal itu.

Berlanjut pada topik utamanya, ini terkait soal hati, selama yang aku rasakan, berhubungan dalam ikatan seperti ini, mau itu HTS, berpacaran, Friendzone dsb,  pasti ada saja yang selalu membuat galau. Ini bukan soal aku berhubungan dengan orang yang tidak tepat, namun soal "Apakah hubungan ini menjamin akan membawa pada pernikahan yang diidam-idamkan? Apa yang bisa ku pegang dari laki laki yang aku sukai ini sementara sifat manusia bisa saja berubah dalam satu waktu,"

Dan ternyata memang benar, manusia bisa berubah dalam satu waktu. Laki-laki itu yang ku yakini akan menjadi pasangan ku ternyata memutuskan untuk menyudahi padahal jika soal waktu,  kami kenal sudah cukup lama, keluarga sudah mengenali dia, dia sudah mengenali keluarga ku, Ibu mendukung, pun juga dengan Ibu nya, baik buruknya aku, baik buruknya dia, sudah aku terima, dia pun juga begitu sama. 

Kecewa rasanya, seakan seperti dibuang begitu saja dan rasanya seperti sudah tidak layak untuk sekedar disukai oleh laki-laki, dulu aku menyesal dan berpikir kenapa mau diajak berhubungan pada status yang tidak jelas dengan waktu yang lama. Benar-benar patah hati waktu itu, aku terus bertanya dimana letak salah ku, dimana letak kurang ku, sampai dia berani menyudahi dengan alasan klasik "ingin memperbaiki diri" padahal memperbaiki diri bisa dengan bersama-sama tidak harus meninggalkan, itu alasan yang terlalu klasik bagi seorang laki-laki, dan aku tidak puas dengan alasan yang dia katakan walaupun mungkin itu benar. Padahal aku pun gak akan mengelak untuk menerima kritikkan jika sebagai perempuan aku memiliki kurang, aku gak gengsi buat mengevaluasi diri dan membenahi diri buat dia, laki-laki yang aku suka. 

Berlanjut setelahnya, aku kecewa kepada diri sendiri karena terlalu penuh dalam mencintai, terlalu jauh dalam bereskspektasi, sampai terlihat bodoh sebab ada banyak yang ku lewatkan di sekeliling ku karena terlalu memprioritaskan dia sampai aku tidak menjadi perempuan yang berkembang. Aku terlalu melibatkan perasaan kepadanya, dan terlalu serius untuk sekedar dibawa pada hubungan yang semu terlebih aku akui aku kekurangan peran laki-laki disini, sehingga aku cukup kehausan akan perhatian laki-laki. Bisa dikatakan pada waktu itu aku bulol alias bucin to..l.

Dan karena itu aku paham kenapa agama melarang untuk berpacaran, bukan hanya karena zinah, tapi karena akan menyakitkan jika tidak jadi. Membayangkan bagaimana orang yang kita pacari akhirnya menikah dengan yang lainnya saja rasanya sudah tidak sanggup, orang yang kita sukai memilih untuk mengakhiri, orang yang kita taruh harapan memutuskan untuk mundur duluan padahal ceritanya janji akan sama sama terus maju memperjuangkan, itu sakitnya luar biasa haha. Move on nya butuh berbulan-bulan bahkan untuk beberapa orang bisa sampai bertahun-tahun, nangisnya bisa sampai subuh, biaya nya bisa sampai bikin boros karena maunya healing terus supaya pikiran rileks. 

Jika alasan zinah tidak bisa menjadi bahan kapok untuk berhenti berpacaran, mungkin rasa sakitnya bisa jadi reminder untuk tidak lagi berpacaran. Mendingan menikah kan ya ? Apalagi kalau menikahnya sama orang yang tepat dan sama sama mau haha. Kita gak tau rencana Tuhan, hari ini bisa mendekatkan sampai berpacaran, besok mungkin bisa menjauhkan sampai seakan tidak pernah saling kenal, memangnya sanggup dengan kegalauan-kegalauan seperti itu ? hehe. Aku sih enggak, di aku pacaran bikin kacau dan berantakan. 

Semoga ini menjadi pertimbangan, tidak maksud aku menggurui, namun ini hanya pandangan ku saja tentang hal yang ingin aku katakan namun tidak bisa tersampaikan secara lisan. Dan sekarang, aku sudah menjadi jomblo, sempat mau memulai lagi untuk kenal dan iseng buat pacaran, tapi ternyata hati aku gak ngasih karena alasan keduanya takut dengan resiko resikonya, alasan pertamanya karena aku gak mau bikin Tuhan ku kecewa lagi, sudah jelas aku dijauhkan dari laki-laki yang gak tepat buat ku, kenapa aku harus iseng nyoba lagi kan ? Apalagi sama orang baru yang jelas gak ada jaminan dia mau nikahin atau gak, dia bisa nerima kurang ku atau enggak. 

Pernah ada yang mau berkenalan dan mengajak kearah sana (pacaran) tapi kebanyakan aku skip chat nya, dm juga ada beberapa tapi aku abaikan karena takut baper nantinya, aku menjadi perempuan yang merespon laki-laki yang sekiranya aku mau aja, jadi kalau aku sempat respon panjang ke kamu maka bisa jadi aku suka kamu haha (bercanda), atau laki-laki yang memiliki kepentingan urgent seperti ngajak event, ngajak nyari hobi baru, rekomendasiin alat musik dll. Itu bukan karena sombong, tapi karena aku takut tejerumus pada pengharapan-pengharapan yang tidak seharusnya aku harapkan, nanti kecewa lagi kan gak lucu. 

Tapi jujur aja, aku gak muna, jomblo ternyata sepi banget ya sampai kadang bikin aku pengen banget pacaran biar ada someone dan someone to talk, tapi kalau dipikir-pikir ngasih makan rasa sepi dengan pacaran itu kayaknya kurang tepat, nanti kalau udah gak sepi, aku bakalan gampang bosen sama orangnya, terus mungkin bisa aja aku dengan gampang mutusin dia atau ninggalin dia, dan akhirnya aku yang jadi penjahatnya bukan aku korbannya. ah ngeri ya mikirinnya aja ... hehe. 

Ambil yang baiknya, buang yang buruknya ya. Makasih sudah baca. 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jatuh Hati - Halaman Pertama

SLOT/Judi dari pandangan perempuan - halaman kedelapan