Menjadi yang tertinggal berarti bukan yang dominan , menjadi yang berbeda berarti bukan yang banyak memiliki kuasa dan tidak leluasa, biasanya yang seperti ini hanya terseret lingkungan, hanya mengikut, atau hanya menjadi yang ketertinggalan sehingga hanya dijadikan opsi atau pilihan oleh lingkungannya. Ketika warna mu berbeda dan kemampuan mu tak sama dalam lingkungan yang dominan, maka kamu akan menjadi paling yang terakhir dan terasingkan apalagi jika lingkungan mu tak fair dalam bergaul, selalu ada diskriminasi yang tidak dikatakan secara langsung, biasanya terbentuk dengan sikap yang dingin kepada kita, dan bersikap hangat kepada yang lainnya, bersikap tertutup kepada kita dan lebih memberikan tangan terbuka kepada yang lainnya, hal ini bukan karena alasan kita tak seklik saja, namun bisa pula karena kita tak sama dengan mereka. Nge-klik tetapi tak sama maka akan selalu dijadikan pilihan kedua. Semakin dewasa semakin akan mendapatkan lingkungan yang menerima dan tidak, semakin banyak seleksi alam yang akan terjadi bentuknya entah saling menghindar yang bertengkar saling salah paham dan saling meninggalkan, perlahan juga semakin banyak membuat kita akan bertahan atau tidak.

Semakin itu dirasakan maka semakin harus kita mencari lingkungan yang dengan hati akan menerima, bukan menerima jika ada yang bisa kita jual saja, namun menerima dalam artian bisa membawa atau dibawa untuk berkembang bersama. Maka dengan itu aku tau alasan kenapa kita harus menggali kemampuan dan hobi pada lingkungan yang sama tujuannya, itu salah keharusan agar kita terbawa berkembang bukan terbawa terseret arus pergaulan sehingga banyak terluka, itu salah satu alasan agar kita tak dijadikan saingan atau lawan jika tak sesuai. Menginjak usia 20 tahunan, aku pribadi semakin berhati-hati dalam pergaulan, semakin pula banyak menyaring mana yang pas dengan yang tidak, bukan karena mereka menguntungkan atau tidak, namun karena mereka fair atau tidak dalam menjaga satu sama lain.
Pada awalnya aku berpikir hal hal seperti ini akan mudah untukku, aku berpikir aku akan banyak memiliki teman dan banyak memiliki sahabat karena aku senang bersosialisasi dalam hal positif, pun juga aku senang mendengarkan orang-orang disekeliling ku dan senang menanyakan kabar serta keadaan bagaimana mereka dibanding dengan bercanda, aku lebih senang berkomunikasi yang mendalam dan belajar untuk memahami cerita hidup dan pandangan hidup dari sisi kacamata mereka, karena dengan hal itu aku akan merasa dekat dan terakui.
Aku berpikir semakin aku banyak membawa diri pada lingkungan yang luas aku akan menemukan titik dimana aku akan mendapatkan mereka yang akan suportif. Yang akan ikut bahagia apabila aku mendapat sesuatu hal yang menyenangkan, yang akan memberikan apa yang telah ku berikan, yang memberikan timbal balik, namun ternyata tidak seperti itu. Persahabatan seperti itu terjadi apabila kita benar-benar seklik dan sama dalam pola pikir, sama love language, sama pola pengertian dan perhatian. Aku yang memiliki kepribadian selalu memikirkan bagaimana orang di lingkungan ku, merasa tak cocok dengan lingkungan yang cenderung cuek, bodoamatan, tidak saling menanyakan, dan dorongan hanya sebatas lisan tidak dengan perilaku, ku anggap itu hanya formalitas bukan keinginan penuh dalam pergaulan, dan yang ku temukan sejauh ini pada lingkungan ku adalah hal seperti itu baik pada lingkungan pertemanan, persahabatan dan keluarga. Dengan itulah aku banyak mulai menarik diri dan memilih untuk mengisi wadah hubungan lingkungan dengan sewajarnya, dan terus berusaha mengembangkan diri agar bisa walaupun sendiri.
Sungguh namun untuk orang yang mudah bersosialisasi dan memiliki banyak teman yang selalu ada, sampai banyak yang mengucapkan ulang tahun saja di sosial media nya, menurut ku itu hal yang keren banget, karena aku gak bisa dapetin hal sebesar itu, entah karena aku nya yang terlalu pemilih dan perasa, atau memang lingkungan ku kebanyakan palsu adanya. Aku berpikir seperti ini karena aku sering berada pada posisi teman/orang terdekat ku akan memanggil ku jika mereka ada urgensi dan aku bisa membantu menyelesaikan masalah mereka, namun jika aku kesulitan aku enggan menghubungi mereka karena banyak ketertolakan, hal itu yang banyak membuat ku berkecil hati dan bertekad untuk harus bisa sendiri.
Sekarang aku jadi paham kenapa orang dewasa pada akhirnya memilih untuk menikah dengan orang yang betul-betul dia mau dan dia sayangi, itu terjadi karena dorongan atau dukungan yang diberikan tulus dengan perilaku bukan hanya dengan sebatas lisan saja, kebanyakan hanya akan diberikan oleh pasangan kita, mungkin orang tua, saudara serta anak bisa namun tidak akan selama dengan pasangan kita jika hubungannya berkomitmen akan lama dan sampai akhir, seperti ikatan suami dan istri, bentuk nyata dari kasih sayang dan cinta yang tulus hanya ada pada mereka bukan pada lingkungan yang memiliki kecenderungan yang berakhir setelah masa nya habis, seperti pertemanan ataupun persahabatan.
Dengan ini perlahan aku mulai belajar untuk harus mencari lingkungan baru, dan jangan stuck disitu situ saja, pada akhirnya semua manusia akan berubah jika sudah waktunya.
Komentar
Posting Komentar